Selasa, 22 November 2011

LOYALITAS PELANGGAN : SEBUAH KAJIAN KONSEPTUAL SEBAGAI PANDUAN BAGI PENELITI


Nama     : Filin Anggraini
Kelas      : 3EA15
NPM       : 10209576



1
Nama penulis / Tahun
Basu Swastha Dharmmesta

2
Judul Penelitian
Loyalitas pelanggan : sebuah kajian konseptual sebagai panduan bagi peneliti.

3
Sumber jurnal / URL
Jurnal ekonomi dan bisnis Indonesia 1999
vol 14, no. 3,73-88
Universitas Gajah Mada

4
Masalah / Tema / Topik
Masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah :
1.       Paritas merek (brand parity) menjadi tantangan bagi pemasar untuk mengatasinya.
2.       Loyalitas pelanggan mempengaruhi keputusan pembelian mencerminkan informasi kritis yang dapat mempengaruhi pengembangan rencana dan strategi pemasaran.
3.       Bagaimana mengidentifikasi pelangga yang loyal pada merek ?

5
Teori-teori yang digunakan
1.       pemasaran
2.       perilaku konsumen

6
Tujuan penelitian
1.       untuk mengetahui tahap tahap loyalitas pelanggan.
2.       Untuk mengidentifikasi pelanggan yang loyalitas.
7
Hipotesis
Loyalitas pelanggan sebetulnya berasal dari loyalitas merek yang mencerminkan loyalitas pelanggan pada merek tertentu.

8

Metode-metode penelitian
Objek
Merek dan atribut lain yang melekat pada produk

Jenis Data
-          data primer
-          data sekunder
-          pengambilan sampel pada konsumen dengan wawancara
-          daftar pustaka

Model / teori yang diuji
S1 =b0 + b1Perf1 + b2Et + b3St-1 + Trend + nt
S1             = kepuasan pada periode t
Perf1     = kinerja (perilaku pada tingkat perusahaan)
Et             = pengharapan tentang kinerja pada periode t
St-1          = kepuasan pada periode t-1
Trend = factor trend standard untuk memperhitungkan perubahan kepuasann dari tahun ke tahun
Nt             = variable random yang terdistribusi secara independen dan identik dengan rata-rata nol dan variable terbatas

9
Deskriptif / interpretasi data
Karena pendekatan behavioral menekan =kan pada tindakan riil konsumen dalam pembelian ulang maka model matematis di muka dapat dimodifikasi ke dalam model konseptual.

10
Kesimpulan

Pengujian tentang terjadinya loyalitas dengan menghubungkan antara sikap relative dan pembelian ulang dalam kerangka pendekatan attitudinal dan behavorial dapat dilakukan melalui penelitian-penelitian lebih lanjut di masa mendatang. Ini sangat disarankan karena belum banyak penelitian penelitian tentang loyalitas pelanggan di Indonesia.
Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa kesukaan merek itu terbentuk mulai ketika konsumen masih anak-anak dan meninjak dewasa (Guest, 1964 dalam Solomon, 1996). Konsumen yang loyal merek akan bergantung pada kategori produknya. Sebagai contoh konsumen yang loyal pada obat tradisional tidak akan loyal pada obat non-tradisional. Oleh karna itu pemasar perlu memperkirakan loyalitas merek untuk kategori khusus. Pemasar dapat mempengaruhi pola pembelian konsumen dengan melakukan promosi penjualan yang intensif seperti pemberian kupon, atau dengan menawarkan perubahan harga. Komitmen merek yang selalu kuat ada pada konsumen yang loyal merek sehingga mereka tidak akan mudah pindah merek. Jadi pengembangan loyalitas merek menjadi tujuan utama dalam pemasaran. Dengan pertimbangaan harga yang wajar komitmen konsumen pada merek yang didasarkan pada kualitas menjadi semakin kuat.




Senin, 10 Oktober 2011

JURNAL PERILAKU KONSUMEN


Nama Penulis / Tahun
 ARFIAN SUWITO /2007
Judul Penelitian
PENGARUH SIKAP TERHADAP MEREK DAN SIKAP TERHADAP IKLAN PADA MINAT BELI KONSUMEN
Sumber Jurnal / URL
http://library.um.ac.idfree-contentssavedocpub.phptor.doc
Masalah / Tema / Topik
1.  Apakah ada pengaruh sikap terhadap merek dan pengaruh sikap terhadap iklan pada minat beli konsumen produk sabun Lifebuoy  pada masyarakat di kecamatan Wonosari , Klaten      secara parsial ?
2.   Apakah   ada   pengaruh   sikap   terhadap   iklan   pengaruh   dan   sikap   terhadap merek     pada    minat    beli  konsumen     produk   sabun    Lifebuoy pada  masyarakat di kecamatan Wonosari , Klaten         secara serempak ?
3.   Manakah     faktor   yang   lebih  dominan    pengaruhnya      pada    minat   beli konsumen      produk  sabun     Lifebuoy     pada    masyarakat    di  kecamatan Wonosari , Klaten?
Tujuan Penelitian
1.  Untuk mengetahui apakah ada           pengaruh sikap terhadap merek dan sikap terhadap     iklan   pada    minat    beli  konsumen      produk    sabun Lifebuoy masyarakat kecamatan Wonosari           secara parsial.
2.   Untuk   mengetahui   apakah   ada   pengaruh   sikap   terhadap   iklan   dan   sikap terhadap     merek    pada    minat   beli   konsumen      produk    sabun   Lifebuoy masyarakat kecamatan Wonosari secara serempak.
Teori-teori yang digunakan
-  Perdagangan Tidak Sinkron
-  Koreksi Terhadap Bias
-  Faktor-faktor yang mempengaruhi beta saham
Hipotesis
1.  Diduga ada pengaruh sikap terhadap merk dan sikap terhadap iklan pada minat   beli  konsumen   produk   sabun  Lifebuoy  di  kecamatan   Wonosari, kabupaten Klaten secara parsial.
2.  Diduga ada pengaruh    sikap terhadap iklan dan sikap terhadap merek    pada minat   beli  konsumen   produk   sabun  Lifebuoy  di  kecamatan   Wonosari, kabupaten Klaten secara serempak.
3.  Diduga Sikap Terhadap Iklan mempunyai pengaruh lebih besar pada minat beli  konsumen    pada  produk   sabun  Lifebuoy   di  kecamatan   Wonosari, kabupaten Klaten.
Metode-metode Penelitian
Subjek dan Objek
Subyek      dan   obyek    penelitian    ini  adalah    masyarakat     di   kecamatan wonosari, kabupaten klaten. yang pernah melihat dan mengetahui paparan (exposure) iklan televisi dari produk sabun merek Lifebuoy.
Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data yang bersumber dari data primer                 yaitu data yang   diperoleh   secara   langsung   dari   responden   dan   data   sekunder   dari   BPS tentang data penduduk di kecamatan Wonosari, kabupaten Klaten.
Tehnik Pengumpulan Data
Teknik       pengumpulan        data    yang    digunakan       adalah     kuesioner. Mengingat jenis data yang akan dianalisis kuantitatif, kuesioner menggunakan skala   Likert  dengan   5   pilihan   yaitu   mulai   sangat   setuju,   setuju,   netral,  tidak setuju, sangat tidak setuju.
Uji Instrument Penelitian
 a.  Uji Validitas
Uji   validitas   digunakan   untuk   mengukur   sah   atau   valid   tidaknya penelitian. Uji validitas menggunakan analisis korelasi pearson, keputusan mengetahui   valid   tidaknya   butir   instrumen.   Jika   pada   tingkat   signifikan 5%     nilai  r  hitung   >  r  variabel   maka    dapat   disimpulkan     bahwa    butir instrumen tersebut valid.
b.  Uji Reliabilitas
Uji    reliabilitas  untuk    mengetahui      apakah    instrumen     memiliki indeks     kepercayaan     yang   baik   jika   diujikan   berulang.    Uji  reliabilitas dalam      penelitian    ini   menggunakan        rumus    alpha    cronbach, untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dari keempat variabel penelitian jika   dari   hasil   uji   reliabilitas   instrumen   dari   keempat   variabel   penelitian  jika dari hasil uji reliabilitas memberikan nilai alpha > 0,6 (Gozali, 2001).
Analisis/hasil-hasil
a.Uji Validitas
Uji validitas dalam hal ini bertujuan untuk menguji tingkat ketepatan instrumen      dalam   mengukur   variabel   merk,   iklan   dan   minat    beli. Perhitungan uji  validitas   instrumen    menggunakan analisis   korelasi pearson dengan bantuan computer program  SPSS.    Keputusan mengenai   butir   item   yang   dinyatakan   valid   dengan   membandingkan nilai   r   hitung  dengan   nilai   r   tabel,   jika   r   hitung  >   r   tabel   maka   butir item dinyatakan valid.Berdasarkan   hasil   uji   validitas   instrument   dari   ketiga   variabel   yaitu merk,     iklan  dan   minat   beli   seperti  pada   tabel  diatas   menunjukkan bahwa dari   seluruh   butir   semuanya      valid,  karena    nilai  r  hitung (korelasi) lebih besar dari r tabel.
b.  Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas instrument bertujuan untuk mengetahui besarnya indeks kepercayaan instrument    dari   variabel   merk,    iklan  dan   minat    beli. Setelah   dilakukan   uji   validitas   dan   diperoleh   butir   pernyataan   yang valid,selanjutnya  dilakukan    uji reliabilitas    dengan    menggunakan rumus Cronbach  Alpha. Keputusan untuk mengetahui bahwa instrument adalah reliable jika nilai r Alpha > 0,6.Dari    hasil  uji   reliabilitas  instrument    menunjukkan       bahwa     ketiga variabel yaitu merk, iklan dan minat beli adalah reliabel karena nilai r Alpha > 0,6.
Kesimpulan dan Keterbatatasan
Kesimpulan
1.  Variabel  independen dalam    hal  ini   adalah   Sikap    terhadap    merk berpengaruhpada minat beli konsumen produk sabun  Lifebuoy di Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten  sehingga hipotesis pertama diterima.
2.  Variabel     independen      dalam    hal   ini  adalah    Sikap   terhadap    iklan berpengaruh pada    minat   beli  konsumen  produk    sabun  Lifebuoy di Kecamatan Wonosari, Kabupaten     Klaten sehingga  hipotesis   kedua diterima.
3.  Variabel independen dalam hal ini adalah Sikap terhadap merk dan Sikap  terhadap     iklan   secara   bersama-sama      berpengaruh      pada   minat beli konsumen pada    produk    sabun   Lifebuoy    di    Kecamatan     Wonosari, Kabupaten Klaten sehingga hipotesis ketiga diterima.
4.  Nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,732 atau sebesar 73,2%. Artinya bahwa 73,2% variasi variabel dependen yaitu minat beli dapat di jelaskan oleh variabel independen yaitu merk dan iklan sedangkan sisanya 26,8% di jelaskan oleh variabel-variabel lain yang diluar model.

Keterbatasan
1.  Penelitian ini hanya terbatas pada sikap terhadap merk dan sikap terhadap iklan   saja,   sedangkan   masih   banyak  hal   yang   dipengaruhi   minat   beli, misalnya harga, kualitas produk dan lainnya.
2.   Penelitian ini tidak sesuai dengan teori karena masih ada factor lain yang mempengaruhi   minat   beli   sepert   harga   dan   kualitas   yang   menyebabkan merek berpengaruh negatif pada minat beli konsumen.
3.   Hanya terbatas pada Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten.

PENGARUH SIKAP TERHADAP MEREK DAN SIKAP TERHADAP IKLAN PADA MINAT BELI KONSUMEN
SKRIPSI
Oleh :
Nama                          : ARFIAN SUWITO
Nomor Mahasiswa     : B 100 030 170
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2007




Rabu, 05 Oktober 2011

PERILAKU KONSUMEN


Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.


Aplikasi
Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut. Aplikasi ketiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif.
Pendekatan dalam meneliti perilaku konsumen
Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen. Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif. Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
Pendekatan kedua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi. Pendekatan ini bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perliku dan pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survey untuk menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses informasi, membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen.
Pendekatan ketiga disebut sebagai sains marketing yang didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika.[4] Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika berdasarkan hirarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan pola konsumsi, yang dikenal dengan sebutan moving rate analysis.
Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan tinggi dan memberikan pemahaman atas perilaku konsumen dan strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan, tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.[4]
Roda analisis konsumen
Roda analisis konsumen adalah kerangka kerja yang digunakan marketer untuk meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen agar dapat menciptakan strategi pemasaran yang lebih baik.[4] Roda analisis konsumen terdiri dari tiga elemen: afeksi dan kognisi, lingkungan, dan perilaku.
Afeksi dan kognisi
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/0/09/Tipe_respons_afektif.jpg/300px-Tipe_respons_afektif.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.17/common/images/magnify-clip.png
Tipe respons afektif
Elemen pertama adalah afeksi dan kognisi. Afeksi merujuk pada perasaan konsumen terhadap suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsumen menyukai sebuah produk atau tidak. Kognisi mengacu pada pemikiran konsumen, misalnya apa yang dipercaya konsumen dari suatu produk. Afeksi dan kognisi berasal dari sistem yang disebut sistem afeksi dan sistem kognisi. Meskipun berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat dan saling memengaruhi.
Manusia dapat merasakan empat tipe respons afektif: emosi, perasaan tertentu, mood, dan evaluasi. Setiap tipe tersebut dapat berupa respons positif atau negatif. Keempat tipe afeksi ini berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap tubuh dan intensitas perasaan yang dirasakan. Semakin kuat intensitasnya, semakin besar pengaruh perasaan itu terhadap tubuh, misalnya terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan pernafasan, keluarnya air mata, atau rasa sakit di perut. Bila intensitasnya lemah, maka pengaruhnya pada tubuh tidak akan terasa.
Sistem kognisi terdiri dari lima proses mental, yaitu: memahami, mengevaluasi, merencanakan, memilih, dan berpikir. Proses memahami adalah proses menginterpretasi atau menentukan arti dari aspek tertentu yang terdapat dalam sebuah lingkungan. mengevaluasi berarti menentukan apakah sebuah aspek dalam lingkungan tertentu itu baik atau buruk, positif atau negatif, disukai atau tidak disukai. Merencanakan berarti menentukan bagaimana memecahkan sebuah masalah untuk mencapai suatu tujuan. Memilih berarti membandingkan alternatif solusi dari sebuah masalah dan menentukan alternatif terbaik, sedangkan berpikir adalah aktifitas kognisi yang terjadi dalam ke empat proses yang disebutkan sebelumnya.
Fungsi utama dari sistem kognisi adalah untuk menginterpretasi, membuat masuk akal, dan mengerti aspek tertentu dari pengalaman yang dialami konsumen. Fungsi kedua adalah memproses interpretasi menjadi sebuah task kognitif seperti mengidentifikasi sasaran dan tujuan, mengembangkan dan mengevaluasi pilihan alternatif untuk memenuhi tujuan tersebut, memilih alternatif, dan melaksanakan alternatif itu.
Besar kecilnya intensitas proses sistem kognitif berbeda-beda tergantung konsumennya, produknya, atau situasinya. Konsumen tidak selalu melakukan aktifitas kognisi secara ekstensif, dalam beberapa kasus, konsumen bahkan tidak banyak berpikir sebelum membeli sebuah produk.
Proses pengambilan keputusan pembelian
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:[5]
  1. Pengenalan masalah (problem recognition).[1] Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.[1]
  2. Pencarian informasi (information source).[1] Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi.[1] Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).[1]
  3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation).[1] Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.[1]
  4. Keputusan pembelian (purchase decision).[1] Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian.[1] Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.[1]
  5. Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian.[6] Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya.[7] Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen.[1] Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan.Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan.
Faktor-faktor yang memengaruhi
Terdapat 5 faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:[1]
  1. Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
  2. Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.
  3. Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
  4. Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
Referensi
1.      ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u (Inggris) Duncan, Tom. 2005. Principles of Advertising & IMC, Second Edition. McGraw-Hill, Inc. Bab 5
2.      ^ (Inggris) Kincaid, Judith. 2003. Customer Relationship Management: Getting it Right. Prentice-Hall, Inc. Page 298.
4.      ^ a b c d e f Olson, Jerry and Paul Peter. 2008. Consumer Behavior & Marketing Strategy, 7th edition. New York: McGraw Hill.
5.      ^ Perilaku Konsumen. Diakses 14 Mei 2010.
6.      ^ Keputusan Pembelian. Diakses 14 Mei 2010.
7.      ^ Proses Pengambilan Keputusan dan Perilaku Konsumen. Diakses 14 Mei 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen