Jumat, 28 Januari 2011, 21:08 WIB
irib
Demo di Kairo
REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Facebook dan situs jejaring sosial dianggap turut "mematangkan" rencana demonstrasi yang berakhir rusuh di Mesir. Dari sekadar lontaran, semua pihak merasa berkepentingan untuk mengubah wajah Mesir menjadi apa yang mereka sebut "perubahan ke arah yang lebih baik".
Berikut ini kronologi kerusuhan yang disebut-sebut "terinspirasi" gerakan rakyat di Tunisia ini:
Januari 2011: Aktivis mengajak rakyat Mesir untuk melakukan gerakan bersama melawan kemiskinan, pengangguran, korupsi pemerintah, dan kekuasaan presiden Hosni Mubarak, yang telah memerintah negara itu selama tiga dekade.
25 Januari: Pada hari libur nasional untuk memperingati hari kepolisian, rakyat Mesir mulai turun ke jalan dalam jumlah besar. Mereka menyebutnya sebagai "hari kemarahan".
Ribuan berbaris di pusat kota Kairo, menuju kantor partai yang berkuasa, Partai Demokrasi Nasional, serta Departemen Luar Negeri dan televisi negara. Protes serupa dilaporkan terjadi di kota-kota lain di seluruh negeri.
Setelah beberapa jam relatif tenang, polisi terlibat bentrokan demonstran; polisi melemparkan gas air mata dan meriam air terhadap demonstran yang berteriak "Turunlah bersama Mubarak" di Tahrir Square.
Protes pecah di Alexandria, kota Mansura di Delta Nil, Tanta dan di kota-kota selatan Aswan dan Assiut.
Beberapa jam setelah situasi berhasil dikendalikan, Kementerian Dalam Negeri menyalahkan pernyataan Ikhwanul Muslimin, yang secara teknis dilarang di Mesir tetapi memiliki pendukung yang besar, yang dianggap mengobarkan kerusuhan. Ikhwanul Muslimin menyangkal.
Menteri Dalam Negeri Mesir mengatakan tiga pengunjuk rasa dan seorang perwira polisi telah tewas selama demonstrasi anti-pemerintah.
26 Januari: Seorang demonstran dan seorang polisi tewas di Kairo saat massa kembali melakukan demonstran anti-pemerintah, melempari pasukan keamanan dengan batu. Gas air mata kembali dilemparkan. Saksi mengatakan bahwa peluru tajam telah ditembakkan.
DiSuez, lokasi bentrokan berdarah hari sebelumnya, polisi bentrok lagi dengan pengunjuk rasa. Sebanyak 55 pemrotes dan 15 petugas polisi terluka.
Robert Gibbs, juru bicara Barack Obama, presiden AS, mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah harus "menunjukkan respon kepada orang Mesir" dengan mengakui "hak-hak universal mereka".
Amr Moussa, sekretaris jenderal Liga Arab, mengatakan ia percaya warga Arab marah karena frustrasi.
27 Januari: Mohamed ElBaradei, mantan kepala badan pengawas nuklir PBB, tiba di Mesir untuk bergabung dengan demonstran. ElBaradei mengatakan dia siap untuk "memimpin transisi" di Mesir jika diminta.
Sementara itu, protes terus di beberapa kota. Ratusan orang telah ditangkap, tetapi para pengunjuk rasa mengatakan mereka tidak akan menyerah sampai permintaan mereka terpenuhi.
Demonstran bentrok dengan polisi di Kairo. Kekerasan juga meletus di kota Suez lagi, sementara di daerah Sinai utara, tepatnya di kawasan Sheikh Zuweid, suku Badui dan polisi terlibat aksi saling menembak, menewaskan seorang remaja berusia 17 tahun. Hal yang sama terjadi di Ismailia.
Facebook, Twitter ,dan layanan Blackberry Messenger terganggu. Pengunjuk rasa anti-pemerintah telah menyerukan protes massal setelah shalat siang pada Jumat.
28 Januari: Internet dan SMS mati. Kantor berita Associated Press mengatakan pasukan kontraterorisme elit khusus telah dikerahkan di titik-titik strategis di sekitar Kairo beberapa jam sebelum protes yang direncanakan. Kementerian Dalam Negeri Mesir juga memperingatkan tentang "langkah-langkah yang menentukan".
Sementara itu, seorang pengacara bagi oposisi Ikhwanul Muslimin mengatakan bahwa 20 anggota telah ditahan semalam.
Red: Siwi Tri Puji B
Sumber: Al Jazeera
Waspadai Dampak Kerusuhan Mesir
Minggu, 30 Januari 2011 | 15:56 WIB
Reuters/Mohamed Abd El-Ghany Perlawanan anti Presiden Hosni Mubarak menjalar dalam dada kaum muda dan tua Mesir yang dihadapi dengan kebengisan polisi Kairo, 25 Januari 2011.
KOMPAS.com - Dalam minggu terakhir bulan Januari 2011, Mesir diguncang aksi demo keras yang semakin meluas. Gerakan diawali oleh para aktivis yang mengajak rakyat Mesir untuk melakukan gerakan bersama melawan kemiskinan, pengangguran, korupsi pemerintah, dan kekuasaan Presiden Husni Mubarak. Demonstran mendesak Mubarak mengakhiri kekuasaannya yang telah berlangsung 30 tahun, menuntut mundur Perdana Menteri Ahmed Nazif, serta menuntut pembubaran parlemen dan pembentukan pemerintah bersatu
Gerakan demonstran yang dimulai pada hari Rabu (26/1/2011) yang merupakan hari libur nasional mereka lempar dengan tagline "hari kemarahan". Massa demonstran berbaris di pusat kota Kairo, menuju kantor partai yang berkuasa, Partai Demokrasi Nasional, serta Departemen Luar Negeri dan televisi negara. Protes serupa dilaporkan terjadi di kota-kota lain di seluruh negeri. Bentrokan akhirnya tak terhindarkan, polisi melemparkan gas air mata dan meriam air terhadap demonstran yang berteriak "Turunlah bersama Mubarak" di Tahrir Square
Kerusuhan meluas di Alexandria, kota Mansura di Delta Nil, Tanta dan di kota-kota selatan Aswan dan Assiut. Pada kerusuhan awal tiga pengunjuk rasa dan seorang perwira polisi telah tewas. protes terus di beberapa kota. Ratusan orang telah ditangkap, tetapi para pengunjuk rasa mengatakan mereka tidak akan menyerah sampai permintaan mereka terpenuhi. Kekerasan juga meletus di kota Suez , sementara di daerah Sinai utara, tepatnya di kawasan Sheikh Zuweid, suku Badui dan polisi terlibat aksi saling menembak, menewaskan seorang remaja berusia 17 tahun. Hal yang sama juga terjadi di Ismailia
Tuntutan dan aksi yang dikatakan terilhami oleh demonstrasi yang berhasil menjatuhkan presiden tunisia itu terus dicoba dibubarkan oleh pemerintah. Sekitar 250 orang terluka, termasuk 85 polisi, setelah polisi antihuru hara menembakkan gas air mata. Citra kepolisian di Mesir terus merosot, sementara rakyat masih menghargai pasukan militer. Para pejabat keamanan menyebutkan hampir 1000 pemrotes ditahan. Pada tanggal 28 Januari internet dan SMS di Mesir mati, layanan jejaring sosial Facebook dan Twitter terganggu
Pemerintah Mesir kini mendapat tekanan internasional yang lebih keras, termasuk dari negara sekutunya Amerika Serikat. Juru bicara Departemen Luar Negeri, Philip Crowley menyampaikan agar para pemimpin Arab bekerja sama dengan masyarakat mereka dalam melakukan reformasi atau dalam mencermati para ekstremis. "Orang-orang di seluruh Timur Tengah-orang seperti di mana-mana-sedang mencari kesempatan untuk berkontribusi dan memiliki peran dalam keputusan-keputusan yang akan menentukan kehidupan mereka," katanya
"Kami ingin melihat reformasi terjadi di Mesir dan di tempat lain, untuk membuat peluang lebih besar di bidang politik, sosial dan ekonomi yang konsisten dengan keinginan rakyat," kata Crowley. "Amerika Serikat adalah mitra Mesir dan orang-orang Mesir kini berada di dalam proses, yang kami percaya harus terungkap dalam suasana damai," kata juru bicara itu. Sementara Menteri luar negeri AS Hillary Clinton menyampaikan bahwa Amerika Serikat mendukung "hak fundamental menyatakan pendapat dan berkumpul bagi semua orang dan kita mendesak agar semua pihak menahan diri dan menahan diri dari kekerasan.
Kini, apa yang bisa dilihat dari kerusuhan di Mesir tersebut. Kerusuhan di Mesir merupakan sebuah awal gelombang protes masyarakat yang menginginkan perubahan menuju ke suatu kondisi yang lebih baik. Gerakan rakyat dikawasan tersebut dimulai di Tunisia, dan berhasil menumbangkan Presiden Zine al-Abidine Ben Ali pada bulan Januari ini. Setelah Mesir bergolak kemudian Yaman mulai bergetar. Puluhan ribu warga Yaman menggelar unjuk rasa di ibu kota Sana menuntut Presiden Ali Abdullah Saleh, yang telah berkuasa dalam 30 tahun terakhir, mundur. Presiden Saleh, yang dikenal sebagai sekutu Barat, menjadi pemimpin Yaman Utara pada 1978. Ia juga menjadi pemimpin negara ketika Yaman Selatan bergabung dengan Utara pada 1990. Terakhir kali ia terpilih kembali menjadi presiden pada 2006
Kenapa gelombang protes bergulir dikawasan tersebut? Rakyat di ngara-negara tersebut menginginkan sebuah perubahan untuk melawan kemiskinan, pengangguran dan korupsi pemerintah. Demonstran ternyata tidak mampu diatasi oleh aparat kepolisian. Panser-panser pasukan keamanan telah diserbu dan dibakar oleh massa. Presiden Mubarak nampaknya belum berhasil mengatasi aksi keras demo yang terjadi. Dalam pidato di televisi, Mubarak berjanji akan melaksanakan reformasi politik dan ekonomi. Ia juga memerintahkan Kabinetnya mengundurkan diri dan berjanji untuk mengangkat Kabinet baru
Di lain sisi Amerika sebagai negara pendukungnya bahkan menekan Mubarak agar tidak mengambil tindak kekerasan terhadap demonstrasi damai dan memulihkan pelayanan komunikasi dan internet yang telah diputuskan. Presiden Barrack Obama mengatakan telah menelepon Presiden Husni Mubarak agar mengambil langkah kongkrit untuk memenuhi reformasi yang telah dijanjikannya kepada rakyat Mesir. Kini para demonstran tidak memperdulikan jam malam dan terus menuntut agar Mubarak mengakhiri kekuasaannya yang sudah berlangsung 30 tahun itu. Gedung-gedung terus terbakar di Kairo dan tank-tank meronda jalan-jalan, yang mengakhiri hari yang penuh dengan kekerasan dan kekacauan di Mesir
Ø Imbas ke Indonesia
Apakah kaitan Tunisia, Mesir, Yaman dan Indonesia? Pemerintah pada era demokrasi kebebasan ini sebaiknya lebih waspada, tayangan media sudah tidak ada batas geraknya. Semua serba terbuka, semua disebut telah menjadi hak individu. Kebebasan menjadi milik rakyat di negara-negara yang menerapkan sistem demokrasi. Mesir dan Indonesia adalah negara dengan sistem demokrasi, kemiskinan adalah tuntutan di Mesir, sementara masalah kemiskinan bukanlah suatu yang asing di Indonesia. Berbicara soal korupsi, Mesir luluh lantak karena tuntutan demonstran soal korupsi, sementara di Indonesia masalah korupsi sudah bukan yang aneh lagi, beberapa kasus besar yang terakhir kasus Gayus dan ditangkapnya 17 politisi adalah gambaran serupa.
Perubahan, itulah kata bertuah yang mesti kita cerna bersama. Pemerintah tidak perlu memberikan janji dan angin surga kepada rakyatnya, letupan-letupan kecil mulai terasa di sini. Presiden SBY terlihat mulai dijadikan target utama, dan media dengan gembira menayangkannya. Bukankah sesuatu yang besar dimulai dari yang kecil? Bagaimana dengan Amerika, yang selalu mendukung penuh negara yang mau menerapkan sistem demokrasi? Begitu terjadi aksi protes yang keras, kasar dan meluas terhadap pemerintahan demokratis di sebuah negara, maka kata-kata standar akan dikeluarkan, agar jangan menggunakan kekerasan kepada demonstran. Mereka mendukung rakyat, begitu basa-basinya
Jadi, apa pelajaran yang bisa kita petik dari kasus Tunisia, Mesir, dan mungkin Yaman? Kita harus bisa bersama-sama menjaga negara kita, yang berkuasa mengemban amanah seperti yang diharapkan rakyat, tidak perlu janji dan ucapan yang sangat tidak disukai rakyat. Kita mesti waspada, banyak yang berambisi di Indonesia, dan banyak yang menginginkan agar kita ribut, tidak stabil dan tetap bodoh. Tujuannya hanya satu, orang bodoh tetap mudah ditipu. Demikian juga bagi orang pintar yang tidak memerintah, perlu disadari bahwa sebagian besar rakyat kita tidak pintar, mudah terprovokasi, kerusuhan hanya menunggu waktu apabila para elit tidak segera berbenah diri dan berupaya menjaga perkataan
Indikasi Mesir yang mirip dengan Indonesia sudah hampir lengkap tercatat, oleh karena itu kita harus waspada, tidak ada yang bisa menolong kecuali diri kita sendiri. Kita tidak bisa mengharapkan pertolongan negara lain, mereka hanya mau kita menurut apa kata sistem mereka, ikut cara mereka, karena itulah kepentingan mereka. Yang terakhir ya mereka juga yang mendapat untung bukan? Apabila terjadi sesuatu di Indonesia, maka mereka akhirnya hanya akan melakukan tekanan agar pemerintah tidak begini dan begitu kepada rakyat
Apakah rakyat kita rakyat mereka? Bukan, rakyat kita adalah saudara kita, pemerintah adalah juga rakyat yang kita pilih untuk menyejahterakan bangsa ini. Semoga tulisan sederhana ini ada manfaatnya…. Sekali lagi mohon berhati-hati, pengetahuan dan kemampuan dalam berdemokrasi bagi rakyat kita barulah pada tahap meniru, dan contoh teraktual yang bisa ditiru adalah kerusuhan di Mesir itu. Semoga Tuhan melindungi bangsa Indonesia yang kita cintai bersama. Amin.(Kompasiana/Prayitno Ramelan)
Sumber :
Kerusuhan Mesir Tewaskan Lebih 100 Orang
Minggu, 30 Januari 2011 16:37 WIB
Kairo, (tvOne)
Sedikitnya 102 orang telah tewas dalam lima hari kerusuhan anti-pemerintah di Mesir, kata sumber-sumber keamanan dan medis Minggu (30/1). Sebanyak 33 di antaranya tewas pada Sabtu kemarin.
Lebih dari 10 dilaporkan tewas di sekitar kota Beni Sueif, 140 kilometer (85 mil) di selatan Kairo, menjadikan korban tewas di sana mencapai 22 setelah para pemrotes berusaha membakar sebuah kantor polisi, kata para saksi mata.
Tiga orang lainnya tewas hari Sabtu di Kairo, tiga di Rafah di perbatasan dengan Gaza, dan lima di Ismailia, di tepi barat Terusan Suez.
Pada Jumat, 62 orang tewas, termasuk 35 di Kairo, pada hari dengan jumlah kematian terbesar pada protes-protes yang menuntut perubahan rezim di dunia Arab yang paling padat penduduknya itu.
Tujuh orang tewas antara Selasa dan Rabu di Kairo dan di Suez, di tengah protes yang belum pernah terjadi sebelumnya, menuntut penyingkiran Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun. Beberapa ribu orang juga dilaporkan terluka pada pekan ini.
Sumber :
13 Februari 2011 | 23:21 wib
Pasca Kerusuhan Mesir, 8 Patung Peninggalan Firaun Raib
Kairo, CyberNews. Sedikitnya delapan patung atau benda purbakala peninggalan Firaun, sebutan bagi raja-raja Mesir, setelah aksi demonstrasi besar-besaran di Mesir yang menimbulkan chaos tersebut berdampak juga pada Museum Nasional Mesir karena dijarah.
Seperti dikutip dari situs blog Kepala Pengawasan Benda Purbakala Mesir Zahi Hawass, www.drhawass.com, yang diposting 12 Februari 2011, sebanyak 8 patung dan peninggalan purbakala raib. Dalam artikel berjudul 'Sad News', Hawass memaparkan 8 benda purbakala itu dia terima dari laporan staf database Museum Nasional Mesir.
"Investigasi sedang berlangsung untuk mencari orang-orang yang mencuri obyek-obyek ini. Polisi dan tentara juga menindaklanjuti untuk menahan pelaku kriminal ini. Saya telah mengatakan, jika Museum Mesir aman, maka Mesir aman. Bagaimanapun, saya khawatir sekarang Mesir tidak aman," tulis Hawass.
Hawas pun rajin menulis perkembangan-perkembangan mengenai restorasi museum dan benda purbakala pasca rusuh, dan mengklarifikasi berita-berita yang tidak benar dari media massa internasional yang memberitakan kehilangan peninggalan purbakala di beberapa situs di Mesir.
Sebelumnya, Hawass memposting pada masa-masa demonstrasi besar-besaran pada Jumat 28 Januari 2011 Museum Mesir di Kairo tidak dijaga dengan baik. Sekitar seribuan orang, tulis Hawass, mulai melompati tembok di sisi timur Museum sampai halaman. Di sisi barat museum yang baru saja selesai direnovasi, massa memasuki toko hadiah dan suvenir dan menjarah semua perhiasan-perhiasan.
"Mereka pikir toko itu adalah museum, terima kasih Tuhan! Bagaimanapun, 10 orang memasuki museum dan mereka ditemukan di tangga darurat di belakang itu (museum)," tulis Hawass dalam artikelnya berjudul 'The Situation in Egyptian Antiquities Today' yang diposting 30 Januari 2011 lalu.
Berikut 8 peninggalan Firaun yang hilang yang dilaporkan Museum Nasional Mesir:
Patung Tutankhamun yang diangkat dewi dari kayu yang disepuh
Patung Tutankhamun yang sedang menombak dari kayu yang disepuh. Hanya bagian anggota badan atas patung yang hilang.
· Patung Akhenaten memegang meja persembahan dari batu gamping.
· Patung Nefertiti membuat persembahan.
· Patung kepala putri Amarna dari batu pasir.
· Patung juru tulis dari Amarna dari batu.
· Patung shabti (patung tiruan untuk orang mati dari Mesir Kuno) dari Yuya (ada 11 patung)
· Patung Heart Scarab dari Yuya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar